Seorang guru yang bijak didatangi banyak murid untuk mendengarkan petuah bijaknya. Mereka datang dan duduk dengan rapi, tak berapa lama sang guru pun tiba, duduk di depan murid-muridnya dengan membawa sebuah toples besar. Di sampingnya terdapat setumpuk batu kehitaman seukuran genggaman tangan. Tanpa bicara sepatah kata pun, sang guru mengambil batu tersebut satu persatu, lalu dimasukkan nya hati-hati kedalam toples kaca. Ketika toples tersebut sudah penuh dengan batu hitam tersebut, sang guru berbalik kepada murid, lalu bertanya.

          “Apakah toplesnya sudah penuh ?”

          “ Ya guru,” jawab para murid.

Tanpa berkata apa-apa, sang guru mulai memasukkan kerikil-kerikil bulat berwarna merah ke dalam toples itu. Kerikil-kerikil itu cukup kecil sehingga masuk di sela-sela batu hitam besar tadi. Setelah semua kerikil masuk ke dalam toples, sang guru berbalik kepada para murid lalu bertanya.

          “Apakah toplesnya sudah penuh ?”

          “ Ya guru,” jawab para murid, “Benar toples itu sudah penuh.”

Masih tanpa berkata apa-apa lagi, kini sang guru mengambil satu wadah pasir halus, lalu memasukkannya ke dalam toples. Dengan mudah pasir halus itu pun masuk memenuhi sela-sela kerikil merah dan batu hitam. Kembali sang guru bertanya

          “Apakah toplesnya sudah penuh ?”

Sekarang para murid tak terlalu percaya diri menjawab pertanyaan gurunya. Namun terlihat bahwa pasir tersebut jelas memenuhi sela-sela kerikil di dalam toples, membuat terlihat sudah penuh. Kali ini hanya sedikit yang mengangguk, lalu menjawab,

          “ Ya guru,” jawab beberapa  murid, “Benar toples itu sudah penuh.”

Tetap tanpa berkata apa-apa lagi, sang guru berbalik mengambil sebuah tempayan berisi air, lalu menuangkannya dengan hati-hati ke dalam toples besar tersebut. Ketika air sudah mencapai bibir toples, pertanyaan sama terlontar.

          “Apakah toplesnya sudah penuh ?”

Kali ini kebanyakan murid memilih diam, namun ada dua hingga tiga murid yang memberanikan diri menjawab,

          “ Ya guru,” jawab sedikit murid tersebut, “Benar toples itu sudah penuh.”

Tetap tanpa berkata apa-apa lagi, sang guru mengambil satu kantong berisi garam halus. Ditaburkannya sedikit-sedikit dan hati-hati dari atas permukaan air, garampun larut, lalu ditambahkan lagi sedikit, demikian seterusnya hingga seluruh garam tersebut habis larut dalam air. Pertanyaan kembali di lontarkan.

Kali ini semua murid benar-benar diam. Hingga akhirnya seorang murid berani menjawab,

        “ Ya guru, toples itu sekarang sudah penuh.” Sang guru menjawab, “Ya benar toples ini sekarang sudah penuh.” Sang guru kemudian melanjutkan perkataannya,

“Kita sering merasa waktu begitu cepat berlalu, pekerjaan begitu banyak menunggu dan serasa tidak mampu lagi mengerjakannya. Otak ini penuh, mumet dan ingin rasanya lari dari kenyataan hidup ini. Waktu itu ibaratnya toples, tidak akan bertambah atau berkurang. Kesibukan kita ibaratkan batu, kerikil, pasir, air dan garam”.

          “Batu adalah pekerjaan utama kita”

          “Kerikil adalah pekerjaan sampingan kita”

         “Pasir adalah pekerjaan-pekerjaan kecil yang masih memberi manfaat bagi kita”

          “Air adalah pekerjaan yang membuat kita senang, yang membantu kita kembali segar”

          “Dan Garam mempengaruhi rasa, terlarut dan tidak membutuhkan ruang”

“Rasakan dan hayati dengan syukur, karena sudah di percaya mengemban tugas, garam itu bisa terkecap pahit, manis, walau rasa aslinya adalah asin.”

“Jika tak merasa melakukan apa-apa, coba tulis semua yang dikerjakan perhari. Ternyata banyak hal yang sudah kita selesaikan.”

“Jika Merasa tak kuat melakukan apa-apa lagi, akan nampak bahwa masih ada waktu tersisa atau bisa mengatur waktu dengan mempercepat mengerjakan pekerjaan yang di tugaskan.”

“Mari kita sadari , kita diciptakan istimewa, diberikan cipta rasa dan karsa, berkaryalah, memuliakan mahluk Tuhan yaitu diri kita, keluarga, sanak saudara, orang-orang di sekitar kita, dan juga alam semesta.”

“Keberhasilan yang berhasil di raih tak lepas dari rasa syukur dan doa dari banyak pihak.”

“Mari Berbagi dan Berbahagialah Semua.”

Sumber : Varia Statistik

Share
  
   
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *